Rabu, 25 Agustus 2010

Gara - Gara DILDO

Aku nginep di tempat kos temanku Dina. Di kamarnya aku melihat ada benda bulat panjang di lemari Dina. "apaan nih Din", tanyaku sambil memegang2 benda itu. Bentuknya seperti kon tol, gak besar tapi panjang. Ada kabel yang menghubungkan ke satu alat. "Itu dildo Nes", jawab Dina. "Buat apa sih, kok bentuknya kaya kon tol", tanyaku lagi, masih belum ngerti. "Kamu kok norak amat sih, dildo aja gak tau. Dildo itu gunanya kalo kita lagi pengen dien tot dan gak punya musuh. Jadi maen lah kita pake alat itu", Dina menerangkan sambil tersenyum. "Dimasukkin ke memek", tanyaku lagi. "Terserah, ditempelin ke i til, dimasukkin suka2 yang make. Kan alat yang diujung kabel itu bisa disetel supaya dildonya bergetar keras atau pelan, ada setelannya. Mo nyobain", jawab Dina sambil tertawa. Hp Dina berdering. Dina mengangkatnya dan terdengar sepertinya Dina janjian ketemu dengan seseorang. Selesai menerima telpon, Dina mengambil tasnya, memasukkan beberapa potong daleman ke tasnya. "Nes, aku pergi dulu ya. Mau ketemu omku. Kamu tidur aja di kamarku. Kan mo nyobain dildo", katanya sambil meninggalkan aku di kamarnya.
Ketika Dina keluar aku lupa mengunci pintu, sebenarnya aku kesal karena Dina yang ngajak aku nginep di kosnya, sekarang dia malah cek in sama om om.

Aku penasaran juga sama dildo. Aku mo nyobain rasanya dildo itu kaya apa. Segera dildo kunyalakan getarannya. Aku duduk di ranjang dan mengangkangkan kakiku. Dildo kusentuhkan ke selangkanganku yang masih tertutup cd. Getrarannya menimbulkan sensasi hangat di memekku. Aku mulai merasa gerah, permainan dengan dildo kuteruskan. Seluruh daerah selangkangan kugesek dengan dildo yang bergetar. Terasa nikmat juga. Aku makin penasaran, cd kulepas. Aku berbaring diranjang, mengangkang. Dildo kuarahkan ke i tilku. Rasanya luar biasa, napsuku jadi timbul. Getaran dildo itu sangat menrangsang aku, tanpa terasa aku mulai mendesah. Ketika ujung dildo kutusukkan ke memekku, aku jadi terlonjak. Dildo kukeluar masukkan ke memekku, sesekali kugesekkan ke i tilku. Napsuku makin berkobar, desahanku tanpa terasa makin keras. aku lupa sedang berada di tempat kos, desahanku bisa saja terdengar oleh orang yang lewat. apalagi kos Dina itu campur cowok dan cewek. Tapi aku gak perduli karena napsuku makin memuncak.
Aku melepas semua pakaianku. Dengan telanjang bulat aku ngangkang di ranjang sambil bermain dengan dildo. Kembali dildo kukocokkan ke dalam memekku dengan cepat. Ah uh ku makin sering terdengar. Aku meremes2 toketku sendiri.

Tiba2 pintu kamar Dina terbuka. Di pintu ada mas Rio, tetangga kamar Dina yang ganteng. Dina pernah mengenalkan aku dengan mas Rio, tapi karena jarang ketemu, kami tidak akrab. "Lagi ngapain Nes, kok ah uh nya keras anget. Kok main ama gituan sih. Yang beneran ada kok", katanya sambil mengunci pintu kamar. Aku malu, melepaskan dildo, mengempitkan pahaku dan tanganku menutupi toketku. Dia duduk diranjang sambil mengelus pundakku, "Nes, kamu napsuin banget ya. Toket kamu besar dan kenceng, pentil kamu besar dan jembut kamu lebat banget. Pasti napsu kamu besar ya Nes". Aku terdiam. "Maen sama aku yuk Nes, aku dah ngaceng liat kamu telanjang gini. Daripada maen sama dildo", katanya lagi to the point. Aku dupeluknya, daguku diangkatnya keatas dan bibirku langsung dicipoknya.
Dia sangat bernapsu mengulum bibirku. Dalam hitungan detik mulut kami sudah lekat berpagutan. Aku direngkuh dengan ketat ke dalam pelukannya. Tangannya mulai bergerilya me remas2 to ketku. Pentilku yang sudah mengeras dipelintir2 nya dari balik bra tipisku, Ini membuat rangsangan yang lebih hebat lagi buat aku. Aku menggeliat-geliat sambil mulutku terus menyambut permainan bibir dan lidahnya. Lidahnya menerobos mulutku dan bergulat dengan lidahku. Tangan kanannya mulai merayapi pahaku yang mulus. Semakin mendekati pangkal pahaku, aku membuka pahaku lebih lebar, biar tangannya lebih leluasa bergerak. Peralahan-lahan tangannya menyentuh gundukan memekku dan menggosok2 i tilku. Aku mengaduh tetapi segera dibungkam oleh permainan lidahnya. Badanku mulai menggeletar menahan nafsu yang semakin meningkat.

Tanganku merayap kearah selangkangannya dan kuremas perlahan, terasa kon tolnya sudah keras banget, besar dan panjang. aku segera membuka ritsluiting celananya. Wow, kepala kon tolnya nongol dari bagian atas cdnya. CDnya kuturunkan bersama celananya sampai kepahanya. Kugenggam kon tol yang besar dan panjang itu. Ukurannya ketika ngaceng mungkin sekitar 18 cm dengan diameter sekitar 5 cm. "Mas, besar banget sih kon tolnya, dipakai in obat apa sih sampai besar begini", kataku sambil mengocok lembut kon tolnya. "Kamu sukakan sama kon tolku", bukan menjawab dia malah balik bertanya. "Suka banget mas, kalau sudah masuk semua pasti memek Ines sesak deh, apalagi kalau udah dienjot, gesekan kon tol mas ke memek Ines pasti terasa banget. Ines udah gak sabar nih mas, udah pengen ngerasain kon tol mas nggesek memek Ines". jawabku penuh napsu. Kocokanku itu membuat kon tolnya semakin nga ceng mengeras. Mas Rio mengerang-ngerang nikmat. Aku mulai menjilati dagu dan lehernya, terus turun ke menyentuh pentil nya. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa. Tanganku makin cepat mengocok kon tolnya yang semakin berdenyut-denyut ngaceng. "Ayo Nes", bisiknya, "Kita tuntaskan permainan kita." Aku direbahkan di tempat tidur, dia melepas semua yang menempel dibadannya.
Kemudian dia mundur dan memandangi tubuhku yang telentang bertelanjang bulat. Mas Rio memandangi rambutku yang kepirangan tergerai sampai kepundak, toketku yang padat dengan pentil yang sudah mengeras, perutku yang rata dengan lekukan pusernya, pahaku yang mulus dengan pinggul yang bundar digantungi oleh dua bongkah pantat yang bulat padat dan di sela paha itu terlihat gundukan hitam lebat jembutku. "Ngapain mas hanya dilihatin saja," protesku. "Aku kagum akan keindahan tubuhmu", jawabnya. "Semuanya ini milik mas malam ini", kataku sambil merentangkan tanganku. ia mendekatiku dan duduk dipinggir tempat tidur. Aku dipeluknya dengan erat. "Mas, Ines mau menjilati mas ya", kataku. Dia berbaring, kemudian mulutku mulai menjelajahi seluruh dada termasuk pentilnya dan perutnya, terus menurun ke bawah mendekati pusar dan pangkal pahanya. kon tolnya yang sudah tegang itu berdiri tegak. Dengan mulut kutangkap kepala kon tolnya itu. Lidahku dengan lincah memutar- mutar kon tolnya dalam mulutku. Dia mengerang-ngerang nikmat menahan semua sensasi itu.

Puas mempermainkan kon tolnya aku merebahkan diri di sampingnya. Mas Rio mulai beraksi. Disergapnya toket kananku sembari tangan kanannya meremas-remas toket kiriku. Bibirnya mengulum pentil toketku yang mengeras itu. Puas toket kanan mulutnya beralih ke toket kiri. Lalu perlahan tetapi pasti dia turun ke perutku. Aku menggelinjang-linjang menahan napsuku yang semakin menggila. Dia menjilati perutku dan dijulurkannya lidahnya ke dalam pusarku. "Auu.." aku mengerang, "Oh..Oh.. Oh.." jeritku semakin keras. Mulutnya semakin mendekati pangkal pahaku. Perlahan-lahan pahaku membuka dengan sendirinya, menampakkan memek ku yang telah merekah dan basah. Jembut yang hitam lebat melingkupi memek yang kemerah-merahan itu. Dia mendekatkan mulutnya ke memekku dan dengan perlahan lidahnya menyuruk ke dalam memekku yang telah basah membanjir itu. Aku menjerit dan spontan duduk sambil menekan kepalanya sehingga lidahnya lebih dalam terbenam. Tubuhku menggeliat-geliat seperti cacing kepanasan. Pantatku menggeletar hebat sedang pahaku semakin lebar membuka. "Aaa.. Auu..Ooo..", jeritku keras. Dia terus mempermainkan i tilku dengan lidahnya. Aku menghentakkan pantatku ke atas dan memegang kepalanya erat-erat. Aku melolong keras. Pada saat itu kurasakan banjir cairan memek ku. Aku sudah nyampe yang pertama. Mas Rio berhenti sejenak membiarkan aku menikmatinya. Sesudah itu mulailah dia menjelajahi kembali bagian tersensitif dari tubuhku. Kembali erangan suaraku terdengar tanda napsuku mulai menaik lagi. Tanganku menjulur mencari-cari batang kon tolnya yang telah ngaceng dengan kerasnya. Aku meremasnya. Dia menjerit kecil, karena nafsunya pun sudah diubun-ubun, aku didorongnya sehingga rebah ke kasur.

Perlahan-lahan dia naik ke atasku. Aku membuka pahaku lebar-lebar siap menerima masuknya kon tolnya. Kepalaku bergerak-gerak, mulutku terus menggumam. Mataku terpejam menunggu. Dia menurunkan pantatnya. kon tolnya berkilat-kilat dengan kepalanya yang memerah siap menjalankan tugasnya. Dia mengusap-usapkan kon tolnya di bibir memekku. Aku semakin menggelinjang. "Cepat mas. Ines sudah nggak tahan!" jeritku. Dia menurunkan pantatnya perlahan-lahan. Dan.. BLESS! kon tolnya menerobos memekku diiringi jeritanku. Aku tidak perduli apakah ada yang mendengar jeritanku atau tidak. Dia berhenti sebentar membiarkan aku menikmatinya. Lalu ditekannya lagi dengan keras sehingga kon tolnya yang panjang dan besar itu menerobos ke dalam dan terbenam sepenuhnya dalam memekku. Aku menghentak-hentakkan pantatku ke atas agar kon tolnya masuk lebih dalam lagi. Aku terdiam sejenak merasakan sensasi yang luar biasa ini. Lalu perlahan-lahan dia mulai mengenjotkan kon tolnya. Pantatku kuputar-putar untuk memperbesar rasa nikmat. toketku tergoncang-goncang seirama dengan enjotannya di memek ku. Mataku terpejam dan bibirku terbuka, berdesis-desis menahan rasa nikmat. Desisan itu berubah menjadi erangan dan kemudian akhirnya menjadi jeritan. Dia membungkam jeritanku dengan mulutnya. Lidahku bertemu lidahnya. Sementara kon tolnya terus mengenjot memekku. "OH..", erangku, "Lebih keras mas, lebih keras lagi.. Lebih keras.. Oooaah!" Tanganku melingkar merangkulnya ketat. Kuku-kukuku membenam di punggungnya. Pahaku semakin lebar mengangkang. Terdengar bunyi kecipak lendir memekku seirama dengan enjotan kon tolnya. "Aku mau ngecret, Nes", bisiknya di sela-sela nafasku memburu. "Ines juga mas", sahutku, "Di dalam aja mas ngecretnya." Dia mempercepat enjotan kon tolnya. Keringatnya mengalir dan menyatu dengan keringatku. Bibirnya ditekan ke bibirku. Kedua tangannya mencengkam kedua toketku. Diiringi geraman keras dia menghentakkan pantatnya dan kon tolnya terbenam sedalam-dalamnya. Pejunya memancar deras. Aku pun melolong panjang dan menghentakkan pantatku ke atas menerima kon tolnya sedalam-dalamnya. Kedua pahaku naik dan membelit pantatnya. Aku pun nyampe lagi. kon tolnya berdenyut-denyut memuntahkan pejunya ke dalam memekku.

Sekitar sepuluh menit kami diam membatu mereguk semua detik kenikmatan itu. Lalu perlahan- lahan Dia mengangkat tubuhnya. Dia memandangi wajahku yang berbinar karena napsu yang telah terpuaskan. Ia tersenyum dan membelai wajahku. "Mas hebat sekali", kataku". "Kamu juga luar biasa Nes", sahutnya, "Aku sungguh puas karena kamu binal banget, itu yang membuat napsuku juga berkobar2. Kamu tidak menyesal kan yang ngen tot denganku?" "Tidak", kataku, "Ines malah pengen dipuasin lagi." "Jangan kawatir, stok pejuku masih banyak" jawabnya. Dia mencabut kon tolku dan rebah disampingku. "Kamu udah pengalaman urusan ranjang ya Nes, gitu kok masih maen pake dildo", katanya. "Ines cuma penasaran aja mas, kaya apa sih rasanya dicolok pake dildo", jawabku. "lebih enak pake kon tol beneran kan", katanya lagi. "Iya lah Mas, apalagi kalo kon tolnya besar dan panjang kaya kon tol mas", jawabku. "memangnya kamu belum pernah ngerasain kon tol besar?" tanyanya. "Yang besar sih sering, tapi yang sebesar kon tol mas baru sekarang ini", jawabku sambil tersenyum. "Mas pernah ngen totin Dina?" tanyaku. "Sering juga, kalo Dina gak ada yang ngebook, pelampiasannya sama aku", jawabnya. "Kok masih pake dildo juga ya", tanyaku lagi. "sama seperti kamu, pengen ngerasain aja. Kamu juga kaya Dina ya Nes, sering maen sama om om", jawabnya. "Iya mas, nyari kenikmatan", jawabku. "kok gak sama yang pantaran?" tanyanya lagi. "Gak tau lah mas, Ines lebih nikmat rasanya kalo dien tot sama om om", jawabku. "aku kan bukan om om", protesnya. "Tapi mas kan sudah bukan seumuran abg lagi", jawabku.

Nyaman rasanya dalam keadaan yang hampir telanjang dipeluk olehnya. Aku menyandar di dadanya yang bidang. "Mas, Ines bahagia sekali deh, mau rasanya Ines tiap malem dien tot sampai lemas", sambil mengelus2 pentil nya. Dia mengangkat daguku dan mencium bibirku dengan mesra sekali. Aku tidur dipelukannya. Tidak tahu berapa lama aku tertidur, tahu aku terbangun karena keningku diciumnya dengan lembut. "Kamu tidur pules sekali, gimana masih mau lagi tidak?" tanyanya sambil tersenyum. Aku hanya mengangguk saja.

Mas Rio merangkul ku dan mencium bibirku. Tangannya mulai mengelus toketku, desah nafas nikmat ku terdengar lagi. Aku pun tidak tinggal diam, kugenggam kon tolnya yang sudah ngaceng dengan keras. memek ku mulai empot2an ngelihat kon tolnya. Dia makin getol meremas2 toket ku. Aku langsung menyergap kon tolnya yang sudah tegang itu langsung kuemut. Cukup lama aku mengemut kon tolnya, sampai akhirnya dia sudah tidak dapat menahan napsunya lagi. Dia berbaring merapat ke aku. Kakinya diangkat dan digesek-gesekkan diatas paha ku, sementara tangannya kembali meremas toketku yang pentilnya sudah menonjol keras. Perlahan dia turun menciumi leherku dan memutar-mutarkan lidahnya di pentil ku, sementara tangannya menjelajah ke pangkal paha ku, menyibak jembutku. Dia mengusap bibir memek ku sehingga aku menggelinjang. Aku memejamkan mata menikmati sentuhan dan rangsangannya sambil meremas2 perlahan kon tolnya. Dia memainkan ujung jarinya menyapu bibir memek ku yang sudah membasah. Pentilku terus dijilatinya bersamaan dengan menggosok perlahan perlahan i tilku dengan ujung jari telunjuknya. Aku menggoyangkan pantat dan pinggulku, menggeleparkan dan membuka lebar pahaku dan membusungkan dadaku, sementara tanganku menggenggam erat kon tolnya yang mengeras dan berdenyut-denyut. "Uuff mas, Ines diapain sih," aku mengerang menahan kenikmatan. Tubuhku menggelinjang keras sekali, pahaku bergetar hebat dan kadang menjepit tangannya dengan erat saat jarinya masih menyentuh i tilku. kon tolnya terus kucengkeram dengan keras. Dia juga terus meremas perlahan toketku yang tambah mengeras dengan tangan kirinya, sementara tangan kanannya terjepit diantara kedua pahaku. Aku terus meremas kon tolnya, sambil memeluk dia erat sementara paha dan kakiku menggelepar keras sekali hingga sprei putih itu berserakan tak karuan, aku kembali nyampe sebelum dien tot. Memang dia luar biasa kalau merangsang cewek. Tanpa berhenti i til ku terus dimainkan pelan.

Pentilku terlihat menonjol keras kecoklatan, aku sudah terangsang kembali. Paha kubuka lebar-lebar. memek ku basah, demikian pula jembut di seputarnya. Mas Rio segera menaiki aku, kon tolnya yang sudah menegang diarahkan ke memek ku. Ujung kon tolnya menguak perlahan-lahan bibir memek ku. Aku mendesah nikmat ketika dia perlahan-lahan menyuruk masuk. kon tol yang besar itu menerobos memek ku yang telah basah berlendir. Ketika separuh kon tolnya telah menerobos memek ku, dia berhenti sejenak dan membiarkan aku menikmatinya. Aku menggelinjang kenikmatan. Tanganku meremas-remas kain seprei sambil mendesah-desah nikmat. Dia menyodokkan kon tolnya dengan keras ke arah ku. kon tolnya yang besar dan panjang itu langsung menerobos memek ku sehingga tertanam sepenuhnya. Aku tersentak dan membelalakkan mata sambil mengerang hebat, "Aaoohh mas". Aku menhentak2kan pantatku ke atas untuk menerima kon tolnya sepenuhnya. Pahaku yang membelit pinggangnya. Dia mulai bergerak. kon tolnya dienjotkan maju mundur. Mula-mula perlahan-lahan, lalu bergerak makin cepat.

Tubuhku bergetar-getar seirama dengan enjotan kon tolnya. Mulutku terbuka dan mendesis-desis. Dia segera melumat bibirku dan aku membalasnya. Tubuhnya mulai berkeringat, menetes dan menyatu dengan keringat ku. Aku membuka pahaku lebar-lebar sehingga dia dapat leluasa menggenjot memek ku. Terdengar kecipak bunyi cairan memek ku karena sodokan kon tolnya. "Ines mau nyampe lagi mas" erangku. "Ayo, mas.. Lebih keras! Auu!!" Dia mempercepat gerakannya dan dalam hitungan dua menit, aku menjerit sekeras-kerasnya sambil menghentak-hentakkan pantatku ke atas. Tubuhku menggeletar karena rasa nikmat yang luar biasa. Pahaku ketat membelit pinggangnya dan aku memeluknya dengan erat sambil mendesah kepuasan.
Mas Rio menyuruh aku menungging, dia ingin melakukan doggie style. Langsung diarahkannya kon tolnya ke arah memek ku. Jembutku disibaknya tampaklah bibir memekku yang berwarna merah muda dan basah berlendir. Aku menurunkan kepalaku hingga bertumpu ke bantal. Pantat kuiangkat. Aku meremas ujung-ujung bantal dengan nafasnya berdesah tak teratur. Bulu-bulu halus tubuhku meremang, menantikan saat-saat sensasional ketika kon tolnya akan menerobos memekku. Dia makin merapat. Dia mengelus-elus kedua belahan pantatku. Perlahan-lahan dia mempermainkan jembut lebat disekitar memekku yang sudah basah itu dan kemudian menggesek i tilku. Aku mengerang-erang menahan napsuku yang semakin menggila. Pantatku bergetar menahan rangsangan tangannya. "Ayo, mas", erang ku. "Udah nggak tahan nih!" Dia mengarahkan kon tolnya yang masih sangat keras itu ke arah memekku. Diselipkannya kepala kon tolnya di antara bibir memekku.
Aku mendesah. Kemudian perlahan tapi pasti dia mendorong kon tolnya ke depan. kon tolnya menerobos memek ku. Aku menjerit kecil sambil mendongakkan kepalaku ke atas. Sejenak dia berhenti dan membiarkan aku menikmatinya. Ketika aku tengah mengerang-erang dan menggelinjang-gelinjang, mendadak dia menyodokkan kon tolnya ke depan dengan cepat dan keras sehingga kon tolnya meluncur ke dalam memekku. Aku tersentak dan menjerit keras. "Aduh mas, enak!" jerit ku. dia mempercepat enjotan kon tolnya di memekku. Semakin keras dan cepat enjotannya, semakin keras erangan dan jeritanku. "Aa..h.!" jerit ku kembali nyampe.

Aku terkapar di tempat tidur telungkup, sementara dia belum juga ngecret. Kemudian aku ditelentangkan dan dia menaiki tubuhku, pahanya menempel erat dipahaku yang mengangkang. Kepala kon tolnya ditempelkan ke i tilku. Sambil menciumi leher, pundak dan belakang telingaku, kepala kon tolnya bergerak- gerak mengelilingi bibir memekku yang sudah basah. Aku merem melek menikmati kon tolnya di bibir memekku, akhirnya diselipkannya kon tolnya. "Aah"' jeritku keenakan. Aku merasa kenikmatan yang luar biasa dan sedikit demi sedikit dimasukkannya kon tolnya. Aku menggoyangkan pantatku sehingga kon tolnya hampir seluruhnya masuk. "Mas enjot dong kon tolnya, rasanya nikmat sekali". Perlahan dia mulai mengenjot kon tolnya keluar masuk memekku. Aku menarik2 sprei tempat tidur saking enaknya, sementara paha ku kangkangin lebar-lebar, hingga akhirnya kakiku melingkar di pantatnya supaya kon tolnya masuk sedalam-dalam ke memekku. Aku berteriak-teriak dan merapatkan jepitan kakiku di pantatnya, sambil menarik kuat-kuat sprei tempat tidur. Dia membenamkan kon tolnya seluruhnya di dalam memekku. "Mas, Ines nyampe lagi.. Ahh.. Ahh.. Ahh," jeritku. Beberapa saat kemudian, dia membuka sedikit jepitan kaki ku dipantatnya, paha ku dibukanya lebar2 dan akhirnya dengan cepat dienjotnya kon tolnya keluar masuk memekku. Nikmat sekali rasanya. setelah delapan sampai sembilan enjotan kon tolnya di memekku dan akhirnya kurasakan ada sesuatu yang meledak dari dalam kon tolnya. Croot.. Croot..Croot..Croot.. "Nes, Aku keluar", erangnya. Pejunya muncrat banyak sekali memenuhi memekku. Tanganku mencekal pahanya dan menarik erat-erat ke arahku, sehingga kon tolnya terbenam makin dalamnya di memek ku. Aku bersimbah keringat, keringatnya yang bercampur dengan keringatku sendiri. Aku mencengkam seprei kuat-kuat, menahan rasa nikmat yang melanda sekujur tubuhnya. Dia membiarkan kon tolnya tetap menancap di memekku dan mendaratkan bibirnya di bibirku. Kami berpagutan erat. "Oh! nikmatnya!" kataku. "Mas luar biasa ya, kuat banget ngen totnya, bisa bikin Ines 2 kali nyampe, dan ngecretnya tetap banyak". Dia mencabut kon tolnya dari memek ku. Pejunya bercampur cairan memek ku, menetes membasahi pahaku. Kami rebah di tempat tidur. Aku mencium pipinya, kami hanya berbaring diam merasakan kenikmatan yang masih membekas. Akhirnya aku kembali terlelap karena kelelahan.

Pagi harinya aku terbangun, mas Rio sedang mengelus2 badanku. Hebatnya kulihat kon tol besarnya sudah ngaceng lagi. Ketika aku terbangung, tubuhku diraihnya dan toketku menjadi sasaran remasannya. Tangan satunya merambah jembutku yang lebat. "Aah mas", erangku. "Mas kuat sekali ya". dia tidak menjawab, hanya terus saja meremas2 toketku. Aku bangun dan segera mengemut kon tolnya. Aku mengangguk2kan kepalaku sehingga kon tol besar itu keluar masuk di mulutku. Dia mengerang keenakan. Jari2nya terbenam di dalam memekku yang sudah basah, napsuku kembali berkobar2. Aku melepaskan kon tolnya dan telentang dengan mata tertutup, pahaku sudah mengangkang lebar siap untuk dien tot. dia menaiki aku dan mengarahkan kon tolnya yang keras ke memekku. kon tolnya diusap-usap di bibir memek ku. Aku mendesis dan mulai menggelinjang. Kepala kon tolnya perlahan-lahan mulai menguak bibir memekku yang telah basah. Dia menekan kon tolnya sedikit demi sedikit dan kurasakan kon tolnya mulai memasuki memekku. Aku mulai mendesah-desah. Tiba2 dia menyurukkan kon tolnya ke dalam memekku. "Aaa.." jeritku keras. Mataku membelalak. kon tolnya menancap dalam sekali di memekku. Kemudian dia mulai menggerak-gerakkan kon tolnya keluar masuk. Tangannya menyusup ke punggungku dan memelukku erat. Mulutnya terbenam di leherku. "Lebih keras lagi mas", erang ku. Dia memompa kon tolnya keluar masuk semakin bersemangat. Keringat mengucur dari seluruh tubuhku, bercampur dengan keringatnya. Dia mengangkat sedikit dadanya. Mulutnya segera menerkam toket kiriku yang berguncang-guncang itu. Dari toket kiri dia beralih ke kanan. " Mas, Ines mau nyampe lagi", kataku terputus-putus. "Aku juga", sahutnya. Dia meningkatkan kecepatan genjotan kon tolnya . Aku menjerit-jerit semakin keras, dan merangkulnya erat-erat. Aku sudah nyampe. Akhirnya dengan satu hentakan keras dia membenamkan kon tolnya dalam-dalam. Aku menjerit keras. Pantat kuhentak-hentakkan ke atas. Paha kurangkat membelit pinggangnya mengiringi muncratnya peju dia ke dalam memekku. Sungguh pagi yang meletihkan tapi sangat nikmat. Sekitar sepuluh menit aku diam membiarkan kenikmatan itu mengendur perlahan-lahan. Dia melepaskan kon tolnya dan terhempas ke atas kasur. Nikmat sekali malem ini. Gara2 nyobain dildonya Dina, jadi berkepanjangan ngerasain "dildo" beneran sampe pagi. Mas Rio keluar kamar setelah menciumku lamaaa sekali. Aku masih terkapar di ranjang ketika Dina masuk kekamar. Dia heran melihat tempat tidurnya berantakan dan aku bertelanjang bulat. "Kamu ngen tot ya Nes", katanya. Aku menceritakan apa adanya. "Wah asik dong dien tot mas Rio. Aku juga sampe lemes kalo ngeladenin napsunya mas Rio, tapi nikmat kan", katanya. "Nikmat banget Din", jawabku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar