Selasa, 24 Agustus 2010

Kayla Dan Bos Brengseknya

“Kaylaaaa…. !!”

Teriakan menggelegar itu diikuti suara tangan beradu dengan pintu.

Braaak !!!

Hmm, pemandangan biasa. Hal itu sudah menjadi makanan sehari – hari di divisi ini selama 3 bulan terakhir. Cepat derap langkah kaki itu menuju mejaku karena memang akulah manusia yang menyandang nama Kayla. Ku tarik napas panjang untuk menyiapkan mentalku menghadapi atasan baru yang rewel itu. Dan benar saja, tarikan napasku itu diakhiri dengan bantingan kertas – kertas hasil lemburku sampai jam 11 tadi malam.

Arrrg ! Geram rasanya, Pak Bos gak tau apa, kertas itu ada, setelah melalui perjuangan panjang melelahkan. Menjelajahi sudut – sudut kota Jakarta yang kumuh ditemani pengap, keringat dan juga sengat terik mentari. Belum lagi sesudah itu, otak ini diperas agar bisa merangkai kata demi kata menjadi baris indah kalimat yang pantas untuk dipajang di majalah berskala nasional. Panjang perjuanganku agar kertas itu bisa ada. Sekarang dengan santainya dicampakkannya.

Sejak mbak Eno pindah, divisiku ini dipimpin Bos muda yang punya hobi sangat tak berbudi. Hobinya marah – marah ! Teriak – teriak. Dan banting – banting karya perjuanganku !!! Uuuuh ! M.E.N.Y.E.B.A.L.K.A.N.

“Tulisan apa ini?!” umpatnya lagi.

“Kamu pikir majalah kita ini sekelas dengan koran – koran pinggir jalan apa?!”

Kali ini kulihat urat – urat dilehernya menegang. Pak Bos telah menjelma jadi sosok yang mengerikan, semengerikan dementor di novel Harry Potter.

“Foto-fotonya blur !!”

“Nara sumber gak jelas !”

Dan bla.. bla..bla.. bla.. bla.. bla.. bla.. bla..

Bla.. bla.. bla.. bla.. bla.. bla.. bla.. bla..

Malas rasanya mendengar makiannya. Tapi terpaksa ku telan kicau nyaringnya itu kalau aku tak mau kehilangan pekerjaanku. Menulis adalah hidupku, jadi omelan sedikit tak apalah.

Tiba – tiba pak Bos mencondongkan tubuhnya ke mejaku (tentu saja sambil tetap mengomel) namun serentak indera penciumanku sibuk membaui aroma woody musky yang kental.

Alamaaak !! Baru aku sadar pak Bos ini seleranya boleh juga ! Pak Bos masih sibuk memuaskan amarahnya, namun tak kuperhatikan lagi omelannya. Karena aku juga SIBUK! Sibuk memandangi wajah merah padamnya. Sibuk memperhatikan dengan seksama tulang pipinya yang tinggi, yang berpadu sempurna dengan hidung bangirnya. Dan bibirnya.. echm bibirnya basah mengundang. Terpaksa kutelan ludahku melihat pemandangan eksotis ini.

Belum lagi rahang kokoh yang membingkai wajahnya diselimuti bulu-bulu rapi bekas cukuran tadi pagi. Sangat menggoda !! Kemeja Mark & Spencernya yang berwarna biru muda serasi dengan celana biru donker yang sayangnya tak kutahu mereknya apa. Tapi yang pasti pakaian itu menyembunyikan tubuh kekar hasil olahan fitness dengan sempurna. Yang justru membuatku semakin bergelora. Terbayang perut six pack dan dada bidang yang liat. Wooow.. ! chief editor ini muda, ganteng, eksotis, dan pemarah. Kombinasi yang langka ! tapi aku suka Tak bisa kutahan lagi, imajinasi liar pun berlompatan di kepalaku.

“Apa perlu kamu saya beri kuliah tambahan tentang gaya hidup?!” masih kudengar makian pedasnya. Duuch ! Ribut sekali Chief editor ini. Walaupun harus kuakui semakin ia marah semakin ia terlihat menantang.

“Pakai otak Kayla…!”

“Dengar ya, asah naluri jurnalismu, jangan seperti anak magang !”

Telingaku panas. Kalau ia cuma bernyanyi sumbang kuping ini sudah tuli tapi kalau sudah sampai pada tahap hina-menghina. Aaaraargh.. ! Darahku mendidih ! Setengah jam yang menyiksa dan kesabaranku habis. Kurang ajar betul. Masa 5 tahun pengalamanku sebagai reporter disamakan dengan anak magang !!! Sepertinya dia yang gak pake otak !! Gigiku bergemertak. Ku atupkan mulutku dan tanpa sadar aku bangkit dari kursiku. Kuhampiri chief editor sombong yang berdiri di balik mejaku.

IA MEMANG HARUS DIBERI PELAJARAN.

Ekspresi wajahnya penuh keheranan manakala aku berjalan kearahnya. Mungkin tak akan pernah disangkanya aku berani berdiri menantangnya. Mata kami beradu. Kini hanya uap hembusan nafas yang menjadi jarak kami. Dadaku berdegub kencang menahan amarah. Sorot mataku tajam menatapnya sembari kucondongkan tubuhku. Dekat. Sangat dekat hingga tanpa sengaja dapat kurasakan payudarakuku beradu lembut bidang dadanya. Kulepaskan kacamataku dan ku kibaskan legam hitam rambutku.

Dalam nanar sirat matanya, kulihat ia menghela nafas namun tak se inchi pun ia menghindar (huh siapa yang mampu menolak kenyal buah dadaku). Cukup sudah ia memakiku. Sekarang giliranku untuk melumatnya ! Dalam panas ciuman tentu saja. Dan tanpa banyak bicara lagi, ku rengkuh ia dalam pelukku.

Liar lidahku memagut bibirnya. Sebentar ia hendak menolak namun tak sampai sedetik, kudapati ia telah menggigit kasar bibirku. Menyelipkan lidahnya dalam liang hangat mulutku. Menari – nari tak terkendali. Aaach ciuman seorang prof !

Gemas tangannya menjelajah bokongku sementara bibir kami lengket tak mau lepas. Saling pagut-memagut panas. Tumpukan kertas dan sebuah vas bunga pun menjadi korban saat ia mendudukkanku di atas meja. Tak mau kehilangan bara nafsu ini, cepat kurengkuh pinggangnya dengan kakiku. Kembali tubuh kami berimpit dan secepat kilat jemarinya membuka kancing kemejaku. Bra hitam berenda menyembul bersama dua tonjolan sintal milikku. Beringas ia meremas buah dadaku sembari sibuk menciumi inchi demi inchi mulus leherku. Sensasi menjalar dalam darah. Sensasi yang melecut detak jantung berdebar kian kencang. NIKMAT. Jantungku berdesir dan aku melenguh. Ooh Birahiku terbakar ! Ia menindihku keras sehingga dapat kurasakan tegang penisnya di bawah sana menekan pahaku. Sel – sel dalam tubuhku menengang dan…

Braaak !!!

“Besok pagi jam 8.00 artikel baru sudah harus ada di meja saya !”

Kukerjapkan mata: Kudapati pak Bos berdiri di seberang mejaku dan aku tetap duduk manis dikursiku. Ia menatapku sinis. Kata-katanya nyinyir. Cukup nyinyir untuk mengakhiri fantasi nakalku. Sialan umpatku dalam hati. Dan sel – sel tubuhku pun mengendur. Pak Bos berjalan menuju ke ruangannya. Meninggalkan aku yang terbengong – bengong seperti anak kecil baru bangun dari tidur siangnya.

“Brengsek !” dengusku kesal.

Tunggu balasanku chief editor, akan kutaklukkan kau. Lihat saja satu kali nanti kau akan membayar perlakuan tak manusiawimu itu. Benar – benar tak manusiawi ! Masa kau marah – marah dan aku tersulut birahi. Ku pandangi tubuh kekarnya berlalu, dan mataku berhenti pada bokongnya. OMG !! Dada ini seperti berhenti berdetak. SEXY Heemmm, tunggu saja. Pantat sexy.mu itu harus bergoyang naik turun di atasku. Bisik nuraniku binal.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar